Jumat, 12 Mei 2017

Open Source 3



 

1.     Sejarah dan perkembangan Android OS 
  

  Sejarah Android OS
Beberapa tahun lalu hingga kini OS Android sering  digunakan oleh masyarakat, yang pada umumnya Android sering dikaitkan dengan smartphone, tablet, TV, bahkan mobil. Lalu bagaimana sejarah pembuatan sistem operasi robot hijau itu?
Sebagaimana dikutip dari Granoid Computer, Indera7, dan Android, Sabtu (20/2/2016), OS Android ditemukan pada Oktober 2003 oleh Andy Rubin (pendiri Danger), Rich Miner (pendiri Wildfire Communications, Inc), Nick Sears (mantan VP T-Mobile), dan Chris White (kepala desain dan pengembangan antarmuka WebTV).
Pemberian nama OS itu berasal dari istilah Android, yang mengacu pada robot yang dirancang untuk melihat dan bertindak seperti manusia. Android saat itu merupakan sistem operasi untuk telepon seluler berbasis Linux.
Pada 2005 Andy Rubin mengajak pendiri Google, Larry Page, untuk bertemu di Lobi kantor pusat Google. Mereka telah berjumpa tiga tahun sebelumnya ketika Rubin akan merilis smartphone yang dibuatnya bernama Sidekick yang memakai mesin pencari default Google.
      Perkembangan Android OS
 
Sumber mengatakan, pada Juli 2005, Google mulai bekerjasama dengan Android Inc., perusahaan yang berada di Palo Alto, California Amerika Serikat. Para pendiri Android Inc. bekerja pada Google, di antaranya Andy Rubin, Rich Miner, Nick Sears, dan Chris White. Saat itu banyak yang menganggap fungsi Android Inc. hanyalah sebagai perangkat lunak pada telepon seluler. Sejak saat itu muncul rumor bahwa Google hendak memasuki pasar telepon seluler. Di perusahaan Google, tim yang dipimpin Rubin bertugas mengembangkan program perangkat seluler yang didukung oleh kernel Linux. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa Google sedang bersiap menghadapi persaingan dalam pasar telepon seluler.


2007-2008: Produk awal
Sekitar September 2007 sebuah studi melaporkan bahwa Google mengajukan hak paten aplikasi telepon seluler (akhirnya Google mengenalkan Nexus One, salah satu jenis telepon pintar GSM yang menggunakan Android pada sistem operasinya. Telepon seluler ini diproduksi oleh HTC Corporation dan tersedia di pasaran pada 5 Januari 2010).
Pada 9 Desember 2008, diumumkan anggota baru yang bergabung dalam program kerja Android ARM Holdings, Atheros Communications, diproduksi oleh Asustek Computer IncGarmin LtdSoftbankSony EricssonToshiba Corp, dan Vodafone Group Plc. Seiring pembentukan Open Handset Alliance, OHA mengumumkan produk perdana mereka, Android, perangkat bergerak (mobile) yang merupakan modifikasi kernel Linux 2.6. Sejak Android dirilis telah dilakukan berbagai pembaruan berupa perbaikan bug dan penambahan fitur baru.
Telepon pertama yang memakai sistem operasi Android adalah HTC Dream, yang dirilis pada 22 Oktober 2008. Pada penghujung tahun 2009 diperkirakan di dunia ini paling sedikit terdapat 18 jenis telepon seluler yang menggunakan Android.

Android versi 1.1
Pada 9 Maret 2009, Google merilis Android versi 1.1. Android versi ini dilengkapi dengan pembaruan estetis pada aplikasi, jam alarm, voice search(pencarian suara), pengiriman pesan dengan Gmail, dan pemberitahuan email.
Android versi 1.5 (Cupcake)
Pada pertengahan Mei 2009, Google kembali merilis telepon seluler dengan menggunakan Android dan SDK (Software Development Kit) dengan versi 1.5 (Cupcake). Terdapat beberapa pembaruan termasuk juga penambahan beberapa fitur dalam seluler versi ini yakni kemampuan merekam dan menonton video dengan modus kamera, mengunggah video ke Youtube dan gambar ke Picasa langsung dari telepon, dukungan Bluetooth A2DP, kemampuan terhubung secara otomatis ke headset Bluetooth, animasi layar, dan keyboard pada layar yang dapat disesuaikan dengan sistem.
Android versi 1.6 (Donut)
Donut (versi 1.6) dirilis pada September dengan menampilkan proses pencarian yang lebih baik dibanding sebelumnya, penggunaan baterai indikator dan kontrol applet VPN. Fitur lainnya adalah galeri yang memungkinkan pengguna untuk memilih foto yang akan dihapus; kamera, camcorder dan galeri yang dintegrasikan; CDMA / EVDO, 802.1x, VPN, Gestures, dan Text-to-speech engine; kemampuan dial kontak; teknologi text to change speech(tidak tersedia pada semua ponsel; pengadaan resolusi VWGA.
Android versi 2.0/2.1 (Eclair)
Pada 3 Desember 2009 kembali diluncurkan ponsel Android dengan versi 2.0/2.1 (Eclair), perubahan yang dilakukan adalah pengoptimalan hardware, peningkatan Google Maps 3.1.2, perubahan UI dengan browser baru dan dukungan HTML5, daftar kontak yang baru, dukungan flash untuk kamera 3,2 MP, digital Zoom, dan Bluetooth 2.1.
Untuk bergerak cepat dalam persaingan perangkat generasi berikut, Google melakukan investasi dengan mengadakan kompetisi aplikasi mobile terbaik (killer apps – aplikasi unggulan). Kompetisi ini berhadiah $25,000 bagi setiap pengembang aplikasi terpilih. Kompetisi diadakan selama dua tahap yang tiap tahapnya dipilih 50 aplikasi terbaik.
Dengan semakin berkembangnya dan semakin bertambahnya jumlah handset Android, semakin banyak pihak ketiga yang berminat untuk menyalurkan aplikasi mereka kepada sistem operasi Android. Aplikasi terkenal yang diubah ke dalam sistem operasi Android adalah Shazam, Backgrounds, dan WeatherBug. Sistem operasi Android dalam situs Internet juga dianggap penting untuk menciptakan aplikasi Android asli, contohnya oleh MySpace dan Facebook.
Android versi 2.2 (Froyo: Frozen Yoghurt)
Pada 20 Mei 2010, Android versi 2.2 (Froyo) diluncurkan. Perubahan-perubahan umumnya terhadap versi-versi sebelumnya antara lain dukungan Adobe Flash 10.1, kecepatan kinerja dan aplikasi 2 sampai 5 kali lebih cepat, intergrasi V8 JavaScript engine yang dipakai Google Chrome yang mempercepat kemampuan rendering pada browser, pemasangan aplikasi dalam SD Card, kemampuan WiFi Hotspot portabel, dan kemampuan auto update dalam aplikasi Android Market.
Android versi 2.3 (Gingerbread)
Pada 6 Desember 2010, Android versi 2.3 (Gingerbread) diluncurkan. Perubahan-perubahan umum yang didapat dari Android versi ini antara lain peningkatan kemampuan permainan (gaming), peningkatan fungsi copy paste, layar antar muka (User Interface) didesain ulang, dukungan format video VP8 dan WebM, efek audio baru (reverb, equalization, headphone virtualization, dan bass boost), dukungan kemampuan Near Field Communication (NFC), dan dukungan jumlah kamera yang lebih dari satu.
Android versi 3.0/3.1 (Honeycomb)
Android Honeycomb dirancang khusus untuk tablet. Android versi ini mendukung ukuran layar yang lebih besar. User Interface pada Honeycomb juga berbeda karena sudah didesain untuk tablet. Honeycomb juga mendukung multi prosesor dan juga akselerasi perangkat keras (hardware) untuk grafis. Tablet pertama yang dibuat dengan menjalankan Honeycomb adalah Motorola Xoom. Perangkat tablet dengan platform Android 3.0 akan segera hadir di Indonesia. Perangkat tersebut bernama Eee Pad Transformer produksi dari Asus. Rencana masuk pasar Indonesia pada Mei 2011.
Android versi 4.0 (ICS :Ice Cream Sandwich)
Diumumkan pada tanggal 19 Oktober 2011, membawa fitur Honeycomb untuk smartphone dan menambahkan fitur baru termasuk membuka kunci dengan pengenalan wajah, jaringan data pemantauan penggunaan dan kontrol, terpadu kontak jaringan sosial, perangkat tambahan fotografi, mencari email secara offline, dan berbagi informasi dengan menggunakan NFC. Ponsel pertama yang menggunakan sistem operasi ini adalah Samsung Galxy Nexus.
Android versi 4.1 (Jelly Bean)
Android Jelly Bean yaang diluncurkan pada acara Google I/O lalu membawa sejumlah keunggulan dan fitur baru. Penambahan baru diantaranya meningkatkan input keyboard, desain baru fitur pencarian, UI yang baru dan pencarian melalui Voice Search yang lebih cepat.
Tak ketinggalan Google Now juga menjadi bagian yang diperbarui. Google Now memberikan informasi yang tepat pada waktu yang tepat pula. Salah satu kemampuannya adalah dapat mengetahui informasi cuaca, lalu-lintas, ataupun hasil pertandingan olahraga.OS Android Jelly Bean 4.1 muncul pertama kali dalam produk tablet Asus, yakni Google Nexus 7.


2.  Sejarah dan perkembangan Tizen OS
     
Samsung merupakan salah satu perusahan dengan penjualan perangkat Android terbesar di dunia. Perangkat Android besutan Samsung disukai oleh semua kalangan. Bahkan tidaklah mengherankan jika ada yang mengasosiasikan smartphone Android dengan perangkat Samsung Galaxy, layaknya mengasosiasikan air mineral dengan Aqua, pasta gigi dengan Pepsodent, atau mie instan dengan Indomie.
Kesuksesan Samsung dalam memproduksi dan menjual perangkat Android di seluruh dunia memang patut diancungi jempol. Dibandingkan dengan produsen smartphone yang lain, Samsung memiliki basis pengguna yang jauh lebih besar. Untuk urusan hardware, Samsung memang juaranya. Namun bagaimana dari sisi software? Sehebat apapun Samsung dalam hal penjualan perangkat Android, mau tak mau mereka harus tetap tunduk pada aturan Google, perusahaan yang mengembangkan Android, sistem operasi yang mereka sematkan disetiap perangkat Samsung Galaxy.
Untuk mengurangi ketergantungannya pada Android dan Google, Samsung bersama Intel dan Linux Foundation mengembangkan sistem operasi mobile sendiri yang diberi nama Tizen.
Meski belum begitu populer di telinga, Tizen telah dikembangkan sejak awal tahun 2012 yang lalu. Sama halnya dengan Android, Tizen dibuat berdasarkan kernel Linux. Tizen sebetulnya merupakan peleburan antara Samsung Linux Platform (SLP) dengan Linux Mobile (LiMo), proyek gabungan antara Linux Foundation bersama Samsung. Intel bergabung untuk mengembangkan Tizen setelah melepaskan proyek MeeGo pada tahun 2011. Kerjasama ketiga perusahaan ini menghasilkan Tizen 1.0 yang dirilis pada tanggal 30 April 2012.
 Pada bulan Juni 2012, Samsung memutuskan untuk menggabungkan Bada, sistem operasi smartphone yang pernah dikembangkan oleh Samsung, di proyek Tizen. Berkat penggabungan ini, Tizen 2.0 yang dirilis pada bulan Februari 2013 memiliki fitur untuk mengembangkan native app.
Tizen memiliki slogan “The OS of Everything”. Pemberian slogan ini bukan tanpa alasan. Tizen sejak awal sudah dikembangkan untuk dapat digunakan di berbagai jenis perangkat, bukan hanya smartphone. Bahkan perangkat Tizen yang dirilis pertama kali bukanlah smartphone, melainkan kamera Samsung NX300M. Selain smartphone dan kamera, Tizen juga dapat digunakan untuk TV, mobil, tablet, perangkat smarthome, serta perangkat IoT lainnya. Perusahaan yang merilis perangkat bersistem operasi Tizen memang masih didominasi oleh Samsung. Meskipun begitu, Samsung sendiri dengan bermodalkan perangkat smartphone seri Z (seri khusus Tizen) telah membukukan penjualan sebesar 64 juta perangkat di India. Angka yang cukup menjanjikan mengingat Tizen belum dipasarkan secara global.
Karena Tizen terbilang baru dibandingkan kompetitornya yakni Android, kita dapat katakana bahwa sebagian besar orang terutama yang sudah pernah menggunakan Android, pasti akan bertanya tentang apa kelebihan Tizen dibanding Android. Ini adalah pertanyaan yang sangat menantang bagi Tizen. Bila kita perhatikan sekilas antarmuka Tizen memang mirip dengan Android, tetapi sebenarnya UX Tizen berbeda dengan Android. Tapi karena Samsung sendiri mentargetkan pasar “pengguna awal smartphone” untuk device Tizen, hal ini tidak akan terlalu bermasalah, selain karena Tizen juga punya kapabilitas untuk dikustomisasi tampilannya.
Selain itu, Tizen diklaim sebagai sistem operasi yang hemat energi, jauh lebih efisien dibanding sistem operasi Android. Kelebihan ini diraih karena Tizen memang didesain seoptimal mungkin agar dapat berjalan di perangkat apapun dengan mulus, baik itu yang memiliki resource tinggi maupun yang terbatas.

 Aplikasi Native dan Web

Ada dua tipe aplikasi di Tizen, yakni web dan native. Aplikasi web pada dasarnya adalah website yang dikemas dalam bentuk aplikasi dan dibangun menggunakan teknologi web seperti HTML5, CSS dan JavaScript. Aplikasi web menggunakan Tizen Web Framework untuk dapat berinteraksi dengan subsistem native.
Aplikasi web menggunakan Web API, yang menjadi struktur standar aplikasi web dengan elemen-elemen dasar. Web API ini memudahkan pengembang untuk membangun aplikasi menggunakan bahasa pemrograman web. Sama seperti aplikasi web pada umumnya, web API di Tizen terdiri dari file index.html sebagai root aplikasi, serta beberapa direktori untuk menyimpan file aset seperti CSS, JavaScript, gambar dan suara.

Tizen Store

Sama seperti Android dengan Play Store dan iOS dengan App Store, Tizen OS juga dilengkapi dengan Tizen Store. Disinilah para pengembang aplikasi Tizen mensubmit aplikasinya sehingga dapat digunakan oleh para pengguna device berbasis sistem operasi Tizen. Tizen Store telah memiliki banyak kategori aplikasi, seperti game, hiburan, edukasi, finansial, kesehatan, anak-anak, gaya hidup, musik dan video. Developer aplikasi dapat memasang aplikasi secara gratis maupun berbayar. Tizen Store sudah dilengkapi dengan managemen aplikasi, statistik download, laporan penjualan aplikasi, hingga dukungan lainnya terkait distribusi aplikasi.

Dukungan untuk Pengembang Aplikasi

Melihat geliat perkembangan pemasaran perangkat Tizen, sekarang merupakan waktu yang tepat untuk bersiap-siap mengunggah aplikasi buatan kita ke Tizen Store. Pengembang aplikasi Tizen memiliki dua pilihan, mengembangkan aplikasi native atau aplikasi web. Aplikasi native dapat dibuat menggunakan bahasa pemrograman C/C++ sedangkan aplikasi web Tizen dikembangkan menggunakan HTML5 dan JavaScript.
Tizen sangat mendukung developer yang mengembangkan aplikasi menggunakan HTML5. Bahkan panduan resmi untuk mengembangkan aplikasi menggunakan HTML5 pada Tizen telah tersedia sejak lama. Hal ini berbeda dengan Android. Secara resmi Google hanya mendukung pengembangan aplikasi Android menggunakan Java sehingga untuk mengembangkan aplikasi Android menggunakan HTML5 kita harus menggunakan perangkat pengembang pihak ketiga.
Mengembangkan aplikasi untuk Tizen dapat dicapai dengan menggunakan Tizen SDK. Tizen SDK terdiri atas seperangkat tool untuk mengembangkan aplikasi native maupun web. SDK yang dirilis di developer.tizen.org ini terdiri atas IDE, Emulator, contoh kode, dan dokumentasi. Tizen SDK dapat digunakan baik di Windows, Linux Ubuntu, maupun Mac OS X. IDE yang disematkan bersama Tizen SDK sesungguhnya Eclipse yang telah dikustomisasi sehingga dapat mempermudah developer dalam mengembangkan aplikasi untuk Tizen. Jika tidak mau menggunakan Tizen IDE, kita masih tetap dapat mengembangkan aplikasi Tizen asalkan tetap mengikuti aturan-aturan pemaketan Tizen.
Aplikasi Tizen yang kita kembangkan dapat diterapkan untuk empat kategori perangkat yang disebut dengan “profiles”. Keempat kategori tersebut ialah mobile, wearable, in-vehicle infotainment, dan smart TV. Penerapan aplikasi Tizen pada perangkat mobile tidak jauh berbeda dengan perangkat smartphone lainnya. Tizen memiliki fitur 3D window effects, location based service
framework, sensor framework, advanced multimedia, dan kemampuan multi-tasking dan multi-touch. Karena perangkat smartphone Tizen akan memiliki bentang layar yang berbeda-beda, maka Tizen telah disertakan kemampuan untuk beradaptasi terhadap berbagai jenis resolusi layar.Profil wearable ditujukan untuk perangkat-perangkat semacam smartwatch. Ia memiliki fitur yang sama seperti yang dimiliki oleh profil mobile. Namun, fitur-fitur profil wearable telah disesuaikan untuk perangkat yang memiliki bentar layar relatif lebih kecil pada profil mobile.Untuk Smart TV, Tizen telah mengadopsi standar terbuka yang berbasis pada Linux untuk mengoptimalkan perangkat entertainment di rumah seperti Blu-ray player dan TV digital. Didesain untuk TV berlayanan internet yang memungkinkan pengguna untuk mengakses beragam aplikasi, layanan, serta media personal, sembari menonton TV.Profil In-Vehicle Infotainment atau dapat disingkat juga dengan IVI, merupakan profil khusus yang diciptakan untuk membantu membawa kemampuan navigasi, entertainment, dan layanan yang terkoneksi dengan jaringan internet kedalam kendaraan seperti mobil, truk, bus, bahkan pesawat.


3. Perbandingan antara Android OS dan Tizen OS

Belum lama ini Samsung telah meluncurkan smartphone berbasis sistem operasi Tizen di Indonesia. Tizen sendiri adalah sistem operasi open source yang kernelnya (inti program) juga menggunakan Linux.
Tidak hanya untuk ponsel pintar saja, Tizen juga di desain untuk diaplikasikan pada perangkat multimedia, seperti di dalam kendaraan, televisi dan lain-lain.
Samsung dan Intel bekerja sama dengan organisasi Linux Foundation menjadikan Tizen menjadi sebuah proyek besar.
         
Sejarah hadirnya Tizen dimulai pada 30 April 2012, ketika itu Tizen versi 1.0 diluncurkan dengan sebutan Larkspur. Disusul selanjutnya pada 25 September 2012, Tizen versi 2.0 dengan julukan Magnolia diluncurkan. Namun, masih dengan status Alpha, baru pada Januari 2013, Tizen versi 2.0 dirilis secara utuh. Seperti dilansir dari Kompas Tekno.
Tujuan dikembangkannya Tizen dari awal sudah sangat jelas, yaitu untuk menyaingi iOS buatan Apple dan Android besutannya Google.
Hingga saat ini manfaat yang sangat besar dirasakan dari Tizen adalah dari rancangannya yang memberikan kemudahan bagi para pengembang, sehingga dari kemudahan tersebut akan menghasilkan pengalaman yang lebih baik bagi pengguna dan juga produk akhirnya.
Berikut beberapa manfaat yang dirangkum dari berbagai sumber di internet mengenai manfaat yang dapat dirasakan oleh pengembang (developer) serta perbedaan dan persamaannya dengan Android.
Manfaat bagi para pengembang.
  • Fleksibilitas – Operator seluler akan mendapatkan kemudahan yang lebih baik, sehingga mereka dapat untuk menyesuaikan sistem operasi dan meningkatkan pengalaman bagi pengguna. Dan juga dapat digunakan untuk mengembangkan produk yang mentargetkan daerah atau wilayah (demografis) tertentu.
  • Kompatibilitas – Pengembang juga akan tertarik dengan kompatibilitas open source yang dimiliki oleh Tizen. Aplikasi yang dibuat untuk sistem operasi Tizen masih kompatibel dan dapat dijalankan pada sistem operasi lain seperti iOS dan Android.
  • Dukungan – Tizen mendukung JavaScript, CSS dan HTML5.

Sementara berikut dibawah adalah perbedaan dan juga mungkin kesamaan antara Tizen dengan Android.
  • Start-up – Tizen jauh lebih ringan, sehingga proses start-up lebih cepat dibandingkan dengan Android.
  • Proses scrolling lebih halus – Tizen juga menawarkan perbaikan pada proses scrolling dan kinerja rendering yang lebih baik untuk web browsing.
  • Bar pemberitahuan – Sama halnya seperti perangkat yang menggunakan Samsung TouchWiz UI akan ada notifikasi bar yang dapat digesek (slide) ke bawah pada perangkat Tizen.
  • 3D – Tizen juga menawarkan efek 3D yang dapat mendukung aplikasi dan permainan memerlukan kemampuan 3D.
  • Multi-tasking dan multi-touch – Memiliki kemampuan multi-tasking dan multi-touch sama seperti pada perangkat Android.
  • Kotak dinamis – Tizen menyediakan ikon kotak dinamis yang dapat diubah ukurannya untuk menampilkan berapa banyak informasi yang ingin ditampilkan.
  • 64-bit prosesor – Tizen sudah mendukung prosesor 64-bit, yang juga merupakan dukungan yang sama pada Android.

Pada uji cobanya, ponsel pintar yang menggunakan sistem operasi Tizen menerima masukan yang pada dasarnya mengatakan hampir tidak ada sama sekali perbedaan antara Android dan iOS.
Kita telah melihat perbedaan antara Android dan Tizen, tapi masih banyak tantangan yang dihadapi sebelum Tizen dapat menjadi sebuah sistem operasi yang sukses.
Tantangannya bagaimana Tizen dapat menghasilkan layanan alternatif seperti yang Google miliki pada sistem operasi Android. Kemudian Tizen juga harus menghadirkan jumlah aplikasi yang lebih bervariasi, karena hidup matinya sebuah sistem operasi ponsel pintar adalah banyak tidaknya tersedia aplikasi pendukung.